Senin, 17 Mei 2010

Belajar beladiri yuk..

Buat kebanyakan orang mungkin beladiri adalah olahraga keras dan brutal. Karena image beladiri adalah berkelahi. Padahal jauh dari itu, beladiri memiliki banyakfilosofi kehidupan yang bila diterapkan dapat membentuk karakter seseorang dalam menghadapi dan mengontrol setiap masalah. Ya, berlatih beladiri bukan cuma perkara bisa memukul, menangkis dan menendang saja.

Seni beladiri yang ada di Indonesia misalnya Pencak Silat, Karate, Taekwondo, Wushu, Aikido, dan lain sebagainya memiliki falsafah-falsafah kehidupan berkaitan dengan kedisiplinan, kesehatan, pengendalian diri, kecerdasan, bahkan kecantikan.

Beladiri membentuk kedisiplinan dan self perseverance

Segala sesuatu yang ditekuni dengan penuh disiplin akan membuahkan hasil yang optimal, begitu juga dengan beladiri. Agar dapat menguasai seni jurus-jurus beladiri, kita harus berlatih, berlatih dan berlatih dengan keras dan disiplin. Ketika seorang atlet beladiri ingin juara pada suatu kejuaraan, maka dia harus mempunyai program latihan yang haus dijalani dengan penuh displin, sehingga hasilnya juga akan sesuai harapan.

Jika nilai ini juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka semua yang kita lakukan sehari-hari juga akan membuahkan hasil yang terbaik.

Modesty (kesederhanaan) dan Esteem (saling menghargai)

Pada setiap ajaran beladiri, ada falsafah kesederhanaan, dimana setiap orang tidak boleh sombong, karena di atas langit masih ada langit,, kalau seseorang sudah jago, maka pasti ada yang lebih baik-lagi. Yang muda menghormati yang tua, yang tua menghargai yang muda, murid menghormati guru, guru menghargai murid, junior menghormati senior, dan senior menghargai junior.

Gak akan ada permusuhan kalau nilai ini juga bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Self Control

Beladiri bukan ditujukan bagi orang yang ingin pamer atau cari musuh, bahkan sebaliknya. Di dalam beladiri, seseorang dididik untuk dapat menjaga emosinya. Dalam setiap ajarannya, setiap jurus dan teknik punya kegunaan masing-masing. Idealnya seorang yang memiliki ilmu beladiri justru memiliki sifat lebih kalem dan merendah, ini dikarenakan dalam ajaran beladiri ditanamkan kejujuran dan tanggung jawab. Sehingga seorang beladiri tahu betul kapan ia harus mengeluarkan tekniknya, dan tidak di umbar.

Integrity

Integrity disini dimaksudkan seorang beladiri memiliki mental kuat dan jujur. Istilahnya, katakan hitam adalah hitam, putih adalah putih. Konsisten, konsekuen, loyal, tidak tinggi hati, tapi juga tidak sok merendah, tidak malu mengakui kesalahan, dan intinya berjiwa satria dan bersih dimanapun dan kapanpun berada.

Ya gitu lah sejumput nilai-nilai yang bisa kita dapat dari beladiri, selain kesehatan dan kesegaran. Apapun itu, jika dilakukan sesuai dengan disiplin ilmunya dan dilakukan dengan sungguh-sungguh maka akan mndatang kan banyak kebaikan.amin......

Selasa, 11 Mei 2010

TAPAK SUCI KANDANGAN


UNIT LATIHAN
1. SMAN 1 KANDANGAN (RABU PKL.3 SORE)

2. RSI SITI HALIMAH (MINGGU PKL.6 PAGI)

3. MAN KANDANGAN (KAMIS PKL.3 SORE)

SEJARAH SENI BELA DIRI TAPAK SUCI

Sejarah Tapak Suci

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.

Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu :

  • Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan
  • M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada
  • Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara

Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.

Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.

K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.

Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.

M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman". Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"

Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.

Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.

Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.

Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.

Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci